Monday, December 12, 2016

Terharu Perjalanan Darat 21 Tim PerpuSeru Jawa Timur


PerpuSeru. Sebuah ungkapan berbunyi “Tuhan telah merencanakan suatu kebaikan di balik suatu musibah yang terjadi”. Ungkapan ini tidak hanya isapan jempol semata. Telah banyak orang yang merasakan hikmah setelah mendapat musibah atau kegagalan. Begitu pula yang telah dirasakan 21 Tim PerpuSeru asal Jawa Timur, seuasi mengikuti Lokakarya di Solo, Jawa Tengah, kemarin.



Mereka sebelumnya tidak pernah menyangka, pesawat terbang yang akan dinaiki mengalami kerusakan. Kejadian ini kali pertama dialami peserta kegiatan PerpuSeru Indonesia. Kecuali keterlambatan atau delay penerbangan itu sudah lumrah mereka alami.



Kejadian ini mereka alami pada 10 Desember lalu. Setelah mengikuti Lokakarya Transformasi Perluasaan Perpustakaan Desa, di Hotel The Alana Solo. 21 peserta asal Jawa Timur (kecuali Perpusda Bondowoso, Nganjuk, Jombang dan Tulung Agung) sesuai jadwal penerbangan pada 10.45 WIB. Dari hotel kemudian peserta dari perpusda dan 4 fasilitator PerpuSeru (Madina, Zahid, Fidan dan Idrus) diantar bus Dwidaya ke bandara. 

Namun sesampai di bandara, mendapat kabar pesawat yang akan mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin.  Pesawat membutuhkan perbaikan dan harus menunggu spare part yang didatangkan dari Jakarta. Saat itulah 21 peserta mulai mengalami kegalauan. Sebab bus dan panitia transportasi Dwidaya sudah kembali ke hotel. Di tengah kecamuk batin dan perasaan, diombang ambing belum adanya kepastian penerbangan, Zahid menghubungi pihak Dwidaya. 
Tim PerpuSeru Jawa Timur Terlantar di Bandara

Hampir 3 jam lebih peserta terlantar di bandara. Belum ada kepastian dan solusi dari pihak Dwidaya. Ada 2 opsi yang ditawarkan pihak maskapai, refund atau berangkat besoknya. Peserta sebetulnya menginginkan refund atau pengembalian uang. Namun uang tidak bisa langsung cair ke peserta, harus ke pihak Dwidaya terlebih dulu. Pihak Dwidaya juga memberi opsi ke peserta, perjalanan via darat dan penerbangan via Jogjakarta. Namun penerbangan via Jogja tidak semulus rencana awal. Sebab penerbangan Jogja tidak bisa untuk 21 peserta sekaligus. Akhirnya disepakati melakukan perjalanan via darat.

Pada jam 13.00 WIB, peserta yang sudah berada di bandara diangkut lagi ke hotel. Hasil koordinasi peserta, FP, Dwidaya dan penanggung jawab lokakarya, Dewi Saparini, kesepakatan diantar ke Surabaya menggunakan bus milik Dwidaya yang biasa digunakan antar jemput peserta dari bandara ke hotel. Berhubung perjalanan darat akan memakan waktu minimal 8 jam (jika lancar), peserta meminta kursi duduk diperlebar. sehingga ada ruang yang luas untuk kaki dan rebahan. Ternyata proses perombakan kursi memakan waktu lama. Sekitar jam 15.30 WIB , peserta baru bisa meninggalkan hotel menuju Surabaya.  

Penumpang tidak semua diturunkan di Terminal Bungurasih, Surabaya. Sebagian ada yang memilih turun di tengah jalan dan terpisah dengan rombongan. Mereka memilih dijemput di kota yang dekat dengan domisili masing-masing. Seperti Hesthiyono S Adi, PIC asal Perpusda Probolinggo. Ia memilih turun di Terminal Mojokerto. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Probolinggo hingga jam 02.00 WIB. Lalu dilanjutkan ke Kecamatan Krasaan, domisili Hethiyono, hingga jam 02.30 WIB. Sementara peserta lain tiba di Termial Bungurasih jam 23.46 WIB.

Di Surabaya, ada peserta yang dijemput suadara, menginap semalam di Surabaya dan ada yang naik travel atau bus ke kota masing-masing. Peserta dari Madura harus bersabar menunggu bus. Banyak bus yang penuh dan sesak, sebab malam itu bebarengan dengan masa libur panjang. Baru pada jam 00.22 WIB, mereka naik bus jurusan Pulau Madura. Peserta dari Pamekasan, sampai rumah pada jam 03.30 WIB.
Tim PerpuSeru Jawa Timur Terpaksa Kembali ke Hotel
Beda lagi dengan cerita peserta asal Perpusda Banyuwangi. Mereka terpaksa tidak bisa mengikuti kegiatan bersama bupati. Mereka nyampai di rumah baru pada jam 9 pagi. Sudah begitu, 2 tiket kereta yang sudah mereka pesan, dinyatakan hangus.

Dari perjalanan yang ditempuh lama inilah, momen kebersamaan akhirnya muncul. Para peserta sering bercanda tawa dalam perjalanan. Saling menghibur sesama peserta. Sehingga rasa senang dan bahagialah yang mereka rasakan. Bahkan waktu terlantar di bandara, mereka lebih gunakan waktu lebih banyak bercanda. Mereka juga seperti rombongan piknik, membuka dan makan bekal sambil bercerita. Seperti yang dikatakan Hesthiyono, dari perjalanan darat yang cukup lama, semakin terjalin kebersamaan yang kuat. Suka duka menurut Hesti, dilalui dengan ikhlas karena ini sudah digariskan oleh Yang Maha Menguasai Hati Manusia.

Sementara menurut cerita Madina dan Fidan, semua peserta terlihat legowo. Tidak tampak kemarahan pada wajah peserta. Peserta mengaku senang karena semakin dekat secara personal. Di dalam perjalanan mereka bernyanyi bersama, sholat berjamaah, menunggu bersama dan makan malam bersama di Madiun.   

Sebuah pembelajaran yang luar biasa. Konflik yang timbul dari peristiwa tidak besar. Proses komunikasi dan koordinasi menjadi kunci utama. Baik proses komunikasi yang dilakukan FP dengan tim perpusda, saat kejadian di bandara. Sedikit mengurangi kegundahan peserta perpusda. Komunikasi FP dengan pihak Dwidaya yang mendapat respon cepat dan solusi. Juga proses komunikasi antara FP, Dwidaya dan Dewi Saparini sebagai penanggung jawab lokakarya terbilang cukup efektif. 

 
Suka Ria Tim PerpuSeru Jawa Timur di Bandara


Pihak Dwidaya yang menemani peserta hingga Surabaya, Riko, juga mampu menenangkan hati peserta. Ada celetukan Riko itu orangnya sabar banget. Riko yang mengajak peserta makan malam di Madiun. Riko saat di Bungurasih juga turun dan membantu memastikan semua peserta sudah mendapat angkutan. Sementara peserta yang ke arah selatan Jawa Timur, didampingi FP Idrus hingga ke Lumajang.

Di sinilah terlihat karakter sesungguhnya yang telah terbagun di perpusda mitra PerpuSeru Indonesia. Mereka bisa legowo atas solusi yang diberikan PerpuSeru. Tidak memunculkan konflik di saat ada situasi yang terjadi. Perpusda mampu mengambil sisi pembelajaran positif dari peristiwa yang terjadi. Berbeda dengan awal bermitra dengan PerpuSeru. Perpusda mitra terlihat tidak sabaran ketika belum mendapat tiket penerbangan. Meski waktu keberangkatan masih 1 minggu lagi. Pembangunan karakter inilah yang memang menjadi tujuan dari Program PerpuSeru. (***)  

 





2 comments:

  1. Karena Anda kami ada, karena Anda kami jadi luar biasa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Hesti juga luar biasa. Jadi presenter luar biasa

      Delete