PerpuSeru. Sebuah ungkapan
berbunyi “Tuhan telah merencanakan suatu kebaikan di balik suatu musibah yang
terjadi”. Ungkapan ini tidak hanya isapan jempol semata. Telah banyak orang
yang merasakan hikmah setelah mendapat musibah atau kegagalan. Begitu pula yang
telah dirasakan 21 Tim PerpuSeru
asal Jawa Timur, seuasi mengikuti Lokakarya di Solo, Jawa Tengah, kemarin.
Mereka sebelumnya
tidak pernah menyangka, pesawat terbang yang akan dinaiki mengalami kerusakan.
Kejadian ini kali pertama dialami peserta kegiatan PerpuSeru Indonesia. Kecuali keterlambatan atau delay penerbangan
itu sudah lumrah mereka alami.
Kejadian ini
mereka alami pada 10 Desember lalu. Setelah mengikuti Lokakarya Transformasi
Perluasaan Perpustakaan Desa, di Hotel The Alana Solo. 21 peserta asal Jawa
Timur (kecuali Perpusda Bondowoso, Nganjuk, Jombang dan Tulung Agung) sesuai
jadwal penerbangan pada 10.45 WIB. Dari hotel kemudian peserta dari perpusda
dan 4 fasilitator PerpuSeru (Madina, Zahid, Fidan dan Idrus) diantar bus
Dwidaya ke bandara.
Namun sesampai di
bandara, mendapat kabar pesawat yang akan mereka tumpangi mengalami kerusakan
mesin. Pesawat membutuhkan perbaikan dan
harus menunggu spare part yang didatangkan dari Jakarta. Saat itulah 21 peserta
mulai mengalami kegalauan. Sebab bus dan panitia transportasi Dwidaya sudah
kembali ke hotel. Di tengah kecamuk batin dan perasaan, diombang ambing belum
adanya kepastian penerbangan, Zahid menghubungi pihak Dwidaya.
![]() |
Tim PerpuSeru Jawa Timur Terlantar di Bandara |
Hampir 3 jam lebih
peserta terlantar di bandara. Belum ada kepastian dan solusi dari pihak
Dwidaya. Ada 2 opsi yang ditawarkan pihak maskapai, refund atau berangkat
besoknya. Peserta sebetulnya menginginkan refund
atau pengembalian uang. Namun uang tidak bisa langsung cair ke peserta, harus
ke pihak Dwidaya terlebih dulu. Pihak Dwidaya juga memberi opsi ke peserta,
perjalanan via darat dan penerbangan via Jogjakarta. Namun penerbangan via
Jogja tidak semulus rencana awal. Sebab penerbangan Jogja tidak bisa untuk 21
peserta sekaligus. Akhirnya disepakati melakukan perjalanan via darat.
Pada jam 13.00 WIB,
peserta yang sudah berada di bandara diangkut lagi ke hotel. Hasil koordinasi
peserta, FP, Dwidaya dan penanggung jawab lokakarya, Dewi Saparini, kesepakatan
diantar ke Surabaya menggunakan bus milik Dwidaya yang biasa digunakan antar
jemput peserta dari bandara ke hotel. Berhubung perjalanan darat akan memakan
waktu minimal 8 jam (jika lancar), peserta meminta kursi duduk diperlebar. sehingga
ada ruang yang luas untuk kaki dan rebahan. Ternyata proses perombakan kursi
memakan waktu lama. Sekitar jam 15.30 WIB , peserta baru bisa meninggalkan
hotel menuju Surabaya.
Penumpang tidak
semua diturunkan di Terminal Bungurasih, Surabaya. Sebagian ada yang memilih
turun di tengah jalan dan terpisah dengan rombongan. Mereka memilih dijemput di
kota yang dekat dengan domisili masing-masing. Seperti Hesthiyono S Adi, PIC
asal Perpusda Probolinggo. Ia memilih turun di Terminal Mojokerto. Kemudian melanjutkan
perjalanan ke Probolinggo hingga jam 02.00 WIB. Lalu dilanjutkan ke Kecamatan
Krasaan, domisili Hethiyono, hingga jam 02.30 WIB. Sementara peserta lain tiba
di Termial Bungurasih jam 23.46 WIB.
Di Surabaya, ada
peserta yang dijemput suadara, menginap semalam di Surabaya dan ada yang naik
travel atau bus ke kota masing-masing. Peserta dari Madura harus bersabar
menunggu bus. Banyak bus yang penuh dan sesak, sebab malam itu bebarengan
dengan masa libur panjang. Baru pada jam 00.22 WIB, mereka naik bus jurusan
Pulau Madura. Peserta dari Pamekasan, sampai rumah pada jam 03.30 WIB.
![]() |
Tim PerpuSeru Jawa Timur Terpaksa Kembali ke Hotel |
Beda lagi dengan
cerita peserta asal Perpusda Banyuwangi. Mereka terpaksa tidak bisa mengikuti
kegiatan bersama bupati. Mereka nyampai di rumah baru pada jam 9 pagi. Sudah begitu,
2 tiket kereta yang sudah mereka pesan, dinyatakan hangus.
Dari perjalanan
yang ditempuh lama inilah, momen kebersamaan akhirnya muncul. Para peserta
sering bercanda tawa dalam perjalanan. Saling menghibur sesama peserta. Sehingga
rasa senang dan bahagialah yang mereka rasakan. Bahkan waktu terlantar di
bandara, mereka lebih gunakan waktu lebih banyak bercanda. Mereka juga seperti
rombongan piknik, membuka dan makan bekal sambil bercerita. Seperti yang
dikatakan Hesthiyono, dari perjalanan darat yang cukup lama, semakin terjalin
kebersamaan yang kuat. Suka duka menurut Hesti, dilalui dengan ikhlas karena
ini sudah digariskan oleh Yang Maha Menguasai Hati Manusia.
Sementara menurut
cerita Madina dan Fidan, semua peserta terlihat legowo. Tidak tampak kemarahan
pada wajah peserta. Peserta mengaku senang karena semakin dekat secara
personal. Di dalam perjalanan mereka bernyanyi bersama, sholat berjamaah,
menunggu bersama dan makan malam bersama di Madiun.
Pihak Dwidaya yang
menemani peserta hingga Surabaya, Riko, juga mampu menenangkan hati peserta. Ada
celetukan Riko itu orangnya sabar banget. Riko yang mengajak peserta makan
malam di Madiun. Riko saat di Bungurasih juga turun dan membantu memastikan
semua peserta sudah mendapat angkutan. Sementara peserta yang ke arah selatan
Jawa Timur, didampingi FP Idrus hingga ke Lumajang.
Di sinilah
terlihat karakter sesungguhnya yang telah terbagun di perpusda mitra PerpuSeru
Indonesia. Mereka bisa legowo atas solusi yang diberikan PerpuSeru. Tidak memunculkan
konflik di saat ada situasi yang terjadi. Perpusda mampu mengambil sisi
pembelajaran positif dari peristiwa yang terjadi. Berbeda dengan awal bermitra
dengan PerpuSeru. Perpusda mitra terlihat tidak sabaran ketika belum mendapat
tiket penerbangan. Meski waktu keberangkatan masih 1 minggu lagi. Pembangunan karakter
inilah yang memang menjadi tujuan dari Program PerpuSeru. (***)
Karena Anda kami ada, karena Anda kami jadi luar biasa...
ReplyDeletePak Hesti juga luar biasa. Jadi presenter luar biasa
Delete