Tuesday, December 20, 2016

Pelatihan Ketrampilan Perpusda Grobogan, Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

Pelatihan ketrampilan di Perpusda Grobogan sudah berjalan rutin tiap minggu. Dilaksanakan setiap Selasa sore. Seiring berjalannya waktu, satu kali pertemuan dalam seminggu dirasa kurang. Peserta pelatihan kemudian meminta ke perpusda untuk menambah waktu pelatihan. Akhirnya disepakati ditambah waktu di Sabtu sore. Dengan kegiatan di Selasa berupa sesi materi, sementara Sabtu untuk sesi produksi.  

Masyarakat yang tertarik dan datang mengikuti pelatihan jumlahnya cukup banyak. Kegiatan rutin tiap Selasa rerata yang mengikuti 30-an peserta. Sementara di hari Sabtu, hanya separo yang mengikuti karena faktor jarak. Mayoritas yang terlibat kaum perempuan. Adapula yang kaum adam, tapi jumlahnya tidak banyak.

Seolah tidak mau berkutat hanya di dalam ruangan. Mereka ingin hasil kerajinan yang dibuat, mampu menghasilkan pundi-pundi uang. Atas kesepakatan bersama, mulai awal bulan ini, tepatnya 4 Desember lalu, mereka buka lapak di area Car Free Day (CFD). Dari saat itulah, setiap CFD, Minggu pagi, menggelar dagangan di area yang ramai masyarakat.

Saat awal berdagang di area CFD, para peserta pelatihan ketrampilan perpusda ini pada bingung. Karena melihat tidak ada ruang kosong untuk menggelar hasil pelatihan. Kemudian mereka berunding dan rela berdesak-desakan untuk mendapatkan ruang. Itulah pengalaman pertama bagi semua peserta dan instruktur pelatihan, Atmiati.  

Atmiati yang keseharian bekerja sebagai Guru Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Grobogan, sangat tertegun dan terharu melihat semangat peserta pelatihan. Tertegun karena melihat semangat yang luar biasa dari ibu-ibu peserta pelatihan. Baik saat pelatihan rutin di perpusda. Meski hujan turun, tidak menurunkan semangat peserta untuk datang ke perpusda. Lebih tertegun lagi melihat semangat peserta saat di area CFD. Mereka berani ‘berebut’ ruang untuk berjualan.
Foto Bersama Sekda Grobogan, Sugiyanto. Sekda juga memborong beberapa produk kerajinan.
Padahal semua peserta pelatihan yang ikut berjualan di CFD, belum pernah ada yang jualan di area terbuka, seperti di CFD. Tidak hanya di situ, Atmiati tidak bisa menyimpan rasa harunya saat bercerita. Bagaimana tidak, peserta tanpa segan dan malu menawarkan barang dagangan hasil pelatihan ke masyarakat yang lewat di depan lapak. Bahkan ada peserta yang berjalan di tengah jalan untuk menawarkan produk. Atmiati tidak menyangka jika semangat peserta begitu total.

Ketika Sekda Grobogan, Sugiyanto, lewat di depan lapak, beliau juga ditawari untuk membeli. Sugiyanto yang sudah paham Program PerpuSeru, bersedia mampir ke lapak dan memborong beberapa produk. Sugiyanto mengenal PerpuSeru saat awal masuk ke Grobogan. Saat itu tim Perpusda Grobogan, Kasubag TU Dwi Armiati dan Kasi Perpustakaan Zumrotun bersama Fasilitator PerpuSeru, Sochib, menghadap sekda untuk sosialisasi di ruang kerjanya. Pertemuan kedua dengan PerpuSeru saat acara Building Commitment di Bali, awal tahun lalu.

Peserta pelatihan juga membuat seragam berupa kaos hasil swadaya. Kaos ini dipakai khusus saat di CFD. Rasa bangga juga disampaikan Atmiati. Semua hasil penjualan dimasukkan ke kas kelompok pelatihan. Padahal pembelian bahan kerajinan yang membeli adalah pribadi para peserta. Mereka bersedia dan sepakat hasil penjualan dimasukkan ke kas kelompok. Inilah kekompakan yang terjadi di kelas pelatihan ketrampilan di Perpusda Grobogan. Semua peserta pada awalnya belum ada yang saling mengenal. Akan tetapi, sekarang sudah menjadi keluarga besar yang saling memberi support.

Atmiati yang sudah lama berkiprah di dunia pendidikan non formal ini mengaku baru menemukan pola pelatihan di perpustakaan. Model pendidikan di perpustakaan mampu menyatukan peserta menjadi keluarga. Semangat kebersamaan menjadi kunci keberlanjutan kegiatan pelatihan di perpustakaan.

Perempuan berkacamata ini mengaku senang dengan kegiatan di perpusda. Karena dari perpustakaan mampu menumbuhkan semangat kewirausahaan peserta pelatihan. Di lapak komunitas ketrampilan perpusda yang dijual tidak hanya hasil pelatihan. Atmiati mempersilakan peserta pelatihan yang memiliki produk lain boleh dibawa dan dijual. Begitu juga peserta yang bisa masak, boleh membawa hasil kuliner ke lapak komunitas.   

Setelah berjalan 2 bulan lebih sedikit, pelatihan ketrampilan di perpusda membawa berkah rejeki bagi peserta. Selain mereka berjualan di area CFD, sebagai wahana mengasah kewirausahaan, ada beberapa peserta yang sudah membuka jasa pembuatan kerajinan. Sudah ada 10 peserta lebih yang sudah berani membuka jasa pesanan pembuatan kerajinan. Seperti pembuatan kerajinan bros, kerajinan dari kain perca, kerajinan dari flanel dan baki lamaran dengan beberapa bentuk pilihan. Mereka yang sudah membuka usaha jasa seperti Bu Pur, Mbak Estik, Mbak Umi, Bu Mus dan lainnya. (***)


No comments:

Post a Comment