Pelatihan ketrampilan di Perpusda
Grobogan sudah berjalan rutin tiap minggu. Dilaksanakan setiap Selasa sore. Seiring
berjalannya waktu, satu kali pertemuan dalam seminggu dirasa kurang. Peserta
pelatihan kemudian meminta ke perpusda untuk menambah waktu pelatihan. Akhirnya
disepakati ditambah waktu di Sabtu sore. Dengan kegiatan di Selasa berupa sesi
materi, sementara Sabtu untuk sesi produksi.
Masyarakat yang tertarik dan datang
mengikuti pelatihan jumlahnya cukup banyak. Kegiatan rutin tiap Selasa rerata
yang mengikuti 30-an peserta. Sementara di hari Sabtu, hanya separo yang
mengikuti karena faktor jarak. Mayoritas yang terlibat kaum perempuan. Adapula
yang kaum adam, tapi jumlahnya tidak banyak.
Seolah tidak mau berkutat hanya di
dalam ruangan. Mereka ingin hasil kerajinan yang dibuat, mampu menghasilkan
pundi-pundi uang. Atas kesepakatan bersama, mulai awal bulan ini, tepatnya 4
Desember lalu, mereka buka lapak di area Car
Free Day (CFD). Dari saat itulah, setiap CFD, Minggu pagi, menggelar
dagangan di area yang ramai masyarakat.
Saat awal berdagang di area CFD,
para peserta pelatihan ketrampilan perpusda ini pada bingung. Karena melihat
tidak ada ruang kosong untuk menggelar hasil pelatihan. Kemudian mereka
berunding dan rela berdesak-desakan untuk mendapatkan ruang. Itulah pengalaman
pertama bagi semua peserta dan instruktur pelatihan, Atmiati.
![]() |
Foto Bersama Sekda Grobogan, Sugiyanto. Sekda juga memborong beberapa produk kerajinan. |
Padahal semua peserta pelatihan
yang ikut berjualan di CFD, belum pernah ada yang jualan di area terbuka,
seperti di CFD. Tidak hanya di situ, Atmiati tidak bisa menyimpan rasa harunya
saat bercerita. Bagaimana tidak, peserta tanpa segan dan malu menawarkan barang
dagangan hasil pelatihan ke masyarakat yang lewat di depan lapak. Bahkan ada
peserta yang berjalan di tengah jalan untuk menawarkan produk. Atmiati tidak
menyangka jika semangat peserta begitu total.
Ketika Sekda Grobogan, Sugiyanto,
lewat di depan lapak, beliau juga ditawari untuk membeli. Sugiyanto yang sudah
paham Program PerpuSeru, bersedia mampir ke lapak dan memborong beberapa
produk. Sugiyanto mengenal PerpuSeru saat awal masuk ke Grobogan. Saat itu tim
Perpusda Grobogan, Kasubag TU Dwi Armiati dan Kasi Perpustakaan Zumrotun
bersama Fasilitator PerpuSeru, Sochib, menghadap sekda untuk sosialisasi di
ruang kerjanya. Pertemuan kedua dengan PerpuSeru saat acara Building Commitment
di Bali, awal tahun lalu.
Peserta pelatihan juga membuat
seragam berupa kaos hasil swadaya. Kaos ini dipakai khusus saat di CFD. Rasa bangga
juga disampaikan Atmiati. Semua hasil penjualan dimasukkan ke kas kelompok
pelatihan. Padahal pembelian bahan kerajinan yang membeli adalah pribadi para
peserta. Mereka bersedia dan sepakat hasil penjualan dimasukkan ke kas
kelompok. Inilah kekompakan yang terjadi di kelas pelatihan ketrampilan di
Perpusda Grobogan. Semua peserta pada awalnya belum ada yang saling mengenal. Akan
tetapi, sekarang sudah menjadi keluarga besar yang saling memberi support.
Atmiati yang sudah lama berkiprah
di dunia pendidikan non formal ini mengaku baru menemukan pola pelatihan di
perpustakaan. Model pendidikan di perpustakaan mampu menyatukan peserta menjadi
keluarga. Semangat kebersamaan menjadi kunci keberlanjutan kegiatan pelatihan
di perpustakaan.
Perempuan berkacamata ini mengaku
senang dengan kegiatan di perpusda. Karena dari perpustakaan mampu menumbuhkan
semangat kewirausahaan peserta pelatihan. Di lapak komunitas ketrampilan
perpusda yang dijual tidak hanya hasil pelatihan. Atmiati mempersilakan peserta
pelatihan yang memiliki produk lain boleh dibawa dan dijual. Begitu juga
peserta yang bisa masak, boleh membawa hasil kuliner ke lapak komunitas.
Setelah berjalan 2 bulan lebih sedikit,
pelatihan ketrampilan di perpusda membawa berkah rejeki bagi peserta. Selain mereka
berjualan di area CFD, sebagai wahana mengasah kewirausahaan, ada beberapa
peserta yang sudah membuka jasa pembuatan kerajinan. Sudah ada 10 peserta lebih
yang sudah berani membuka jasa pesanan pembuatan kerajinan. Seperti pembuatan kerajinan
bros, kerajinan dari kain perca, kerajinan dari flanel dan baki lamaran dengan
beberapa bentuk pilihan. Mereka yang sudah membuka usaha jasa seperti Bu Pur,
Mbak Estik, Mbak Umi, Bu Mus dan lainnya. (***)
No comments:
Post a Comment