![]() |
Hesthiyono S. Adhi, S.Sos.*) |
Perpustakaan
adalah pusat literasi informasi yang disediakan untuk masyarakat tanpa
memandang suku, agama, ras, ataupun golongan. Menjadi abdi negara sejak
tahun 2002, merantau jauh dari Kota Pelajar Yogyakarta, Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjadi tempat saya bekerja mencari nafkah. Bekerja
di perpustakaan seakan menjadi impian yang jadi nyata karena berbekal ijazah
diploma perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Perpustakaan daerah merupakan
salah satu tempat yang dapat dijadikan ajang unjuk gigi mengaplikasikan ilmu
saya.
Minat
baca rendah merupakan persoalan terbesar bagi pemerintah maupun pengamat ilmu
perpustakaan yang selalu semangat berkata bahwa masyarakat tidak memiliki sense dan tidak suka membaca tanpa
kajian mendalam yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut saya asumsi salah
semacam inilah yang menyebabkan pemerintah tidak memiliki niat tulus untuk
membangun perpustakaan yang representatif bagi masyarakat dengan alasan
masyarakat tidak suka membaca. Bagaimana masyarakat mau suka membaca kalau
pemerintah tidak menyediakan infrastruktur perpustakaan yang memadai?
Tahun
2016 ini dijadikan sebagai momen kebangkitan bagi saya dan teman-teman Perpusda
Kabupaten Probolinggo membuat sebuah olahan baru untuk mengajak masyarakat agar
mau berbondong-bondong datang memanfaatkan layanan di perpustakaan. Olahan ini
adalah membangun sebuah perpustakaan berbasis komunitas. Untuk menarik
komunitas pemuda, perpustakaan daerah melengkapi dirinya dengan layanan free wifi / hotspot area di dalam maupun
di luar gedung perpusda bagi pemustaka yang membawa laptop sendiri dan 3 unit laptop
untuk layanan internet gratis bagi yang tidak membawa laptop di ruang baca.
Perpustakaan
berbasis komunitas memiliki perbedaan dengan perpustakaan konvensional.
Perpustakaan konvensional hanyalah sekedar tempat untuk membaca dan meminjamkan
buku saja. Perpustakaan sekedar duduk manis menunggu kedatangan pemustaka tanpa
berusaha bagaimana pemustaka bisa nyaman berada di perpustakaan dan bergiatan
didalamnya.
Perpustakaan
berbasis komunitas berusaha keluar dari dogma konvensional ini dengan melakukan
promosi kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berkelanjutan melalui berbagai
macam kegiatan pelatihan, workshop, seminar, lomba dan layanan berbasis
teknologi informasi. Sehingga perpustakaan mampu menjelma menjadi pusat
literasi informasi masyarakat. Perpustakaan berbasis komunitas diharapkan
sanggup menyatukan ilmu pengetahuan yang tersedia di dalam buku teks / cetak dengan
informasi yang ada di dunia maya.
Olahan
ini semakin terasa khasiatnya dengan adanya dukungan dari Coca-Cola Foundation
Indonesia (CCFI) dengan Program PerpuSeru-nya. Dimana Perpusda Kabupaten
Probolinggo secara resmi bekerjasama dengan PerpuSeru Indonesia sejak 1 Maret
2016. PerpuSeru bertujuan membangun perpustakaan berbasis teknologi informasi
dengan memberikan stimulan berupa 4 unit komputer dan pelatihan pengembangan
SDM Perpusda.
Kerjasama
dengan komunitas semakin berkembang. Komunitas pemuda, perempuan, dan wirausaha
sebagai sasaran literasi informasi mulai lahir dan hadir serta berkegiatan di
Perpusda. Sehingga menjadikan Perpusda Kabupaten Probolinggo sebagai wadah
besar aktivitas komunitas tersebut.
Olahan
baru ini ternyata mendapat respon positif dari PT. Telkom Indonesia yang dengan
kerelaannya bersedia bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten Probolinggo menyediakan
layanan Broadband Learning Centre (BLC) yang memusatkan kegiatannya berupa pemberian
pelatihan bagi masyarakat khususnya wirausaha untuk memasarkan produknya
melalui jasa toko onlinenya Telkom, yaitu blanja.com dan jarvistore. PT. Telkom membantu 4 unit komputer untuk BLC di Perpusda dan juga melengkapi fasilitas
layanan BLC ini dengan akses Internet Telkom Indie Home dengan
kecepatan akses 10 Mbps serta menyuguhkan layanan Wifi Corner di halaman
Perpusda dengan koneksi internet hingga 100 Mbps.
Fasilitas
ini bagaikan surga teknologi informasi bagi masyarakat Kabupaten Probolinggo karena
komputer yang disediakan oleh PT. Telkom juga berisi koleksi digital PaDi yang
dipadukan dengan koleksi buku yang berjajar rapi di rak perpustakaan. Masyarakat
bebas mengakses internet untuk keperluan pembelajaran dan peningkatan
kesejahteraan dengan fasilitas ini. Tak ketinggalan pula sinergi dilakukan
Perpusda bersama Dinas Koperasi dan UKM membuat kegiatan pelatihan penjualan
online dengan melibatkan salah satu penyedia toko online terkemuka di
Indonesia.
Selain
untuk keperluan pelatihan teknologi informasi, akses Internet IndieHome juga
digunakan untuk free hotspot/wifi area
di ruang layanan perpustakaan maupun di halaman Perpusda. Setiap hari
masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa asyik berselancar menikmati
informasi dari dunia maya tanpa melupakan informasi yang tersedia di buku yang
sabar menunggu untuk meminta dibaca. Perpustakaan saat ini merupakan tempat
nongkrong dan ngobrol yang asyik bagi pelajar dan mahasiswa.
Pelatihan
teknologi informasi sangat diminati oleh masyarakat. Pelatihan yang diberikan
adalah komputer dan internet dasar hingga tingkat lanjut sesuai dengan
kebutuhan komunitas. Adapula pelatihan desain grafis menggunakan aplikasi
Photoshop. Model pembelajaran yang tidak terlalu formal serta mengutamakan
praktik memungkinkan peserta pelatihan untuk menyampaikan kebutuhannya secara
bebas. Dengan kata lain model pembelajaran mengikuti kemauan peserta.
Melalui
pelatihan komputer di perpustakaan, anggota komunitas mulai memahami
fungsi-fungsi operasi dari aplikasi perkantoran buatan Bill Gates, Microsoft.
Ms.Word, Ms.Excel dan Ms.PowerPoint mulai dikenal mereka.
Perusahaan-perusahaan besar di wilayah Kabupaten
Probolinggo juga sudah mulai melirik Perpusda untuk dijadikan sebagai partner
kerjasama sosial mereka. Salah satunya PT. YTL Jawa Timur Paiton yang telah
memberikan komitmennya dalam menunjang kegiatan di Perpusda dengan memberikan
bantuan 10 unit komputer. Dan kami yakin bahwa komitmen tersebut akan diikuti
oleh pihak-pihak swasta yang lain.
Pustaka
Kriya
Selain
pelatihan komputer dan internet, kegiatan perpustakaan berbasis komunitas sudah
merambah kalangan perempuan. Dengan program yang dikenal dengan Pustaka Kriya.
Kegiatan ini memfasilitasi kaum perempuan meningkatkan skill dalam dunia rajut
tangan. Menggunakan media tali kur dan benang poli, peserta membuat aneka
kerajinan rajut tangan. Bros, tatakan gelas, dompet, hingga tas menjadi produk
yang dihasilkan dari kegiatan ini.
Program
ini semakin banyak diminati. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak tertarik
untuk bergabung dengan Pustaka Kriya Perpusda ini. Salah satu Kecamatan
mengundang tutor Pustaka Kriya menjadi narasumber dalam kegiatan rajut. Tak
ketinggalan pula, sebuah sekolah mengharapkan seorang pelaku Pustaka Kriya
untuk menjadi guru ketrampilan.
Siti
Aisyah, menjadi tenaga harian lepas di Perpusda sebagai seorang penginput data
buku ke komputer. Awalnya mempunyai usaha sampingan dengan berjualan tas dari
kulit yang diambil dari seorang pedagang untuk dijual lagi kepada orang lain.
Setelah mengikuti pelatihan rajut tangan di Perpusda, gadis kelahiran
Probolinggo 21 tahun lalu itu mampu membuat produk rajut sendiri. Untuk
memaksimalkan usahanya Aisyah juga berupaya memperluas jaringan dan pemasaran
produk, termasuk pemasaran lewat internet. “Saya dilatih membuat Facebook,
blog, dan toko online untuk pemasaran produk saya oleh Perpustakaan,” jelasnya.
Dengan
bendera “Syahe Olshop”, saat ini pembeli produknya tidak hanya dari Kabupaten
Probolinggo, namun sudah merambah hingga keluar pula Jawa, diantaranya Batam
dan Bangka Belitung. Dalam tempo tak kurang tiga bulan setelah mengikuti
pelatihan rajut, omset Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000,- didapatkanya dalam satu
bulan. Mungkin memang masih kecil, tapi Aisyah setidaknya sudah merasakan
kebahagiaan batin yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Pustaka
Kriya mulai dijadikan kegiatan pembelajaran bagi siswa di salah satu sekolah di
Kraksaan dengan mengirimkan siswanya belajar dan berkreasi dengan tali kur dan
benang poli. Pustaka Kriya sudah dijadikan sebagai pelajaran ekstrakurikuler di
sekolah tersebut. Mudah-mudahan hal ini akan diikuti oleh sekolah-sekolah yang
lain di Kabupaten Probolinggo. Bahkan, bisa juga diadopsi oleh sekolah-sekolah
di luar Kabupaten Probolinggo. Pustaka Kriya diadakan secara rutin di Perpusda
Kabupaten Probolinggo setiap hari Sabtu jam 09.00 WIB.
Pustaka Kirana
Sebagai
bagian dari masyarakat Jawa, Kabupaten Probolinggo juga tidak ingin melupakan
ragam budaya Indonesia. Diantara ragam tersebut, Perpusda mencoba menyediakan
sarana yang bisa diikuti oleh masyarakat khususnya kaum perempuan dengan
membuka kelas tari, Pustaka Kirana. Adalah Ibu Herlina, pengasuh Sanggar Tari
“Lothek” yang bersedia dengan sukarela membimbing pemustaka yang ingin menyalurkan
bakatnya di dunia tari. Hadir di Perpusda setiap hari Jum’at jam 11.00 WIB.
Pustaka
Kirana menjadi wahana baru masyarakat Kabupaten Probolinggo. Perpustakaan yang
selama ini identik dengan tempat yang kurang menyenangkan, seketika berubah
menjadi daerah yang indah dengan gerakan luwes dari peserta kelas tari.
Pelajar, mahasiswa maupun kalangan guru dan ibu rumah tangga berhak untuk
mengikuti aktivitas tersebut. Tak lupa, peserta tari juga diajarkan bagaimana
memanfaatkan fasilitas internet Youtube untuk mencari literatur baru terkait
perkembangan dunia tari dan gerakan tari baru. Target jangka pendek untuk
menghasilkan kelompok tari yang mampu berbicara banyak di even yang akan
diikuti awal tahun 2017 tampaknya bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai.
Perpustakaan
Seru
Sinergi
Perpusda Kabupaten Probolinggo dengan berbagai pihak terkait, baik swasta
maupun pemerintah, dalam membangun gerakan literasi informasi merupakan suatu
bukti bahwa Perpustakaan Makin Seru. Sinergitas lintas
sektoral mampu mengubah image yang selama ini hinggap di pakaian Perpusda.
Setiap orang dapat berinovasi, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi
serta pengetahuan hingga memungkinkan setiap individu, komunitas, dan
masyarakat luas menggunakan seluruh potensi mereka untuk pembangunan
berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup melalui pemanfaatan
semua jenis layanan di perpustakaan.
Perpusda
Kabupaten Probolinggo terbukti membawa dampak besar bagi masyarakat Kabupaten
Probolinggo sehingga membuahkan banyak penghargaan. Tahun 2016 ini Bupati Probolinggo
memperoleh penghargaan dari Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) atas
komitmennya dalam membangun kualitas sumber daya manusia melalui transformasi
perpustakaan.
Disamping
penghargaan tersebut, Perpusda Kabupaten Probolinggo juga memperoleh
penghargaan dari Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) Tahun 2016, diantaranya:
1.
Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik atas
komitmen melakukan dokumentasi kegiatan online
2. Perpustakaan
Kabupaten/Kota Terbaik Pertama kategori Advokasi Pengembangan Perpustakaan
Berkelanjutan
3. Perpustakaan
Kabupaten/Kota Terbaik Pertama kategori Layanan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
4. Perpustakaan
Kabupaten/Kota Terbaik Kedua kategori Kegiatan Pelibatan Masyarakat
5.
Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Kedua
kategori Lomba Cerita Impact Video
Seiring
berjalannya waktu, mudah-mudahan akan banyak lagi penghargaan yang singgah di
Perpusda Kabupaten Probolinggo. Dan hal itu tampaknya bukan mimpi di siang
bolong apabila melihat sinergi yang luar biasa dengan semua kalangan. Semoga. (***)
*) Pejabat
Fungsional Pustakawan dengan Pangkat Pustakawan Ahli Pertama di Perpusda
Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2013. Menempuh D3 Ilmu Perpustakaan UGM lulus
tahun 2000. Melanjutkan jenjang sarjana ilmu perpustakaan di Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya lulus tahun 2012. Kelahiran Jogja 14 Februari 1978, ayah dari
dua orang anak, Zaskia Rifky An-Nadia Hesa Putri dan Iyaas Kamil Syahid Al-Haq
Hesa Putra, dari seorang istri Yeti Kusnindah, S.Pd.
Terima kasih sudah membantu share ya mas sochib...
ReplyDeleteiya Pak Hesty. sama-sama njih
Deleteoke thanks
ReplyDelete