Thursday, December 22, 2016

PerpuSeru Probolinggo Mewujudkan Perpustakaan Berbasis Komunitas

Hesthiyono S. Adhi, S.Sos.*)
Perpustakaan adalah pusat literasi informasi yang disediakan untuk masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, ataupun golongan.  Menjadi abdi negara sejak tahun 2002, merantau jauh dari Kota Pelajar Yogyakarta, Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjadi tempat saya bekerja mencari nafkah. Bekerja di perpustakaan seakan menjadi impian yang jadi nyata karena berbekal ijazah diploma perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Perpustakaan daerah merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan ajang unjuk gigi mengaplikasikan ilmu saya.

Minat baca rendah merupakan persoalan terbesar bagi pemerintah maupun pengamat ilmu perpustakaan yang selalu semangat berkata bahwa masyarakat tidak memiliki sense dan tidak suka membaca tanpa kajian mendalam yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut saya asumsi salah semacam inilah yang menyebabkan pemerintah tidak memiliki niat tulus untuk membangun perpustakaan yang representatif bagi masyarakat dengan alasan masyarakat tidak suka membaca. Bagaimana masyarakat mau suka membaca kalau pemerintah tidak menyediakan infrastruktur perpustakaan yang memadai?

Tahun 2016 ini dijadikan sebagai momen kebangkitan bagi saya dan teman-teman Perpusda Kabupaten Probolinggo membuat sebuah olahan baru untuk mengajak masyarakat agar mau berbondong-bondong datang memanfaatkan layanan di perpustakaan. Olahan ini adalah membangun sebuah perpustakaan berbasis komunitas. Untuk menarik komunitas pemuda, perpustakaan daerah melengkapi dirinya dengan layanan free wifi / hotspot area di dalam maupun di luar gedung perpusda bagi pemustaka yang membawa laptop sendiri dan 3 unit laptop untuk layanan internet gratis bagi yang tidak membawa laptop di ruang baca.

Perpustakaan berbasis komunitas memiliki perbedaan dengan perpustakaan konvensional. Perpustakaan konvensional hanyalah sekedar tempat untuk membaca dan meminjamkan buku saja. Perpustakaan sekedar duduk manis menunggu kedatangan pemustaka tanpa berusaha bagaimana pemustaka bisa nyaman berada di perpustakaan dan bergiatan didalamnya.  

Perpustakaan berbasis komunitas berusaha keluar dari dogma konvensional ini dengan melakukan promosi kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berkelanjutan melalui berbagai macam kegiatan pelatihan, workshop, seminar, lomba dan layanan berbasis teknologi informasi. Sehingga perpustakaan mampu menjelma menjadi pusat literasi informasi  masyarakat. Perpustakaan berbasis komunitas diharapkan sanggup menyatukan ilmu pengetahuan yang tersedia di dalam buku teks / cetak dengan informasi yang ada di dunia maya.

Olahan ini semakin terasa khasiatnya dengan adanya dukungan dari Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dengan Program PerpuSeru-nya. Dimana Perpusda Kabupaten Probolinggo secara resmi bekerjasama dengan PerpuSeru Indonesia sejak 1 Maret 2016. PerpuSeru bertujuan membangun perpustakaan berbasis teknologi informasi dengan memberikan stimulan berupa 4 unit komputer dan pelatihan pengembangan SDM Perpusda.

Kerjasama dengan komunitas semakin berkembang. Komunitas pemuda, perempuan, dan wirausaha sebagai sasaran literasi informasi mulai lahir dan hadir serta berkegiatan di Perpusda. Sehingga menjadikan Perpusda Kabupaten Probolinggo sebagai wadah besar aktivitas komunitas tersebut.

Olahan baru ini ternyata mendapat respon positif dari PT. Telkom Indonesia yang dengan kerelaannya bersedia bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten Probolinggo menyediakan layanan Broadband Learning Centre (BLC)  yang memusatkan kegiatannya berupa pemberian pelatihan bagi masyarakat khususnya wirausaha untuk memasarkan produknya melalui jasa toko onlinenya Telkom, yaitu blanja.com dan jarvistore.  PT. Telkom membantu 4 unit komputer untuk  BLC di Perpusda dan juga melengkapi fasilitas layanan BLC ini dengan akses Internet Telkom Indie Home dengan kecepatan akses 10 Mbps serta menyuguhkan layanan Wifi Corner di halaman Perpusda dengan koneksi internet hingga 100 Mbps.

Fasilitas ini bagaikan surga teknologi informasi bagi masyarakat Kabupaten Probolinggo karena komputer yang disediakan oleh PT. Telkom juga berisi koleksi digital PaDi yang dipadukan dengan koleksi buku yang berjajar rapi di rak perpustakaan. Masyarakat bebas mengakses internet untuk keperluan pembelajaran dan peningkatan kesejahteraan dengan fasilitas ini. Tak ketinggalan pula sinergi dilakukan Perpusda bersama Dinas Koperasi dan UKM membuat kegiatan pelatihan penjualan online dengan melibatkan salah satu penyedia toko online terkemuka di Indonesia.

Selain untuk keperluan pelatihan teknologi informasi, akses Internet IndieHome juga digunakan untuk free hotspot/wifi area di ruang layanan perpustakaan maupun di halaman Perpusda. Setiap hari masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa asyik berselancar menikmati informasi dari dunia maya tanpa melupakan informasi yang tersedia di buku yang sabar menunggu untuk meminta dibaca. Perpustakaan saat ini merupakan tempat nongkrong dan ngobrol yang asyik bagi pelajar dan mahasiswa.

Pelatihan teknologi informasi sangat diminati oleh masyarakat. Pelatihan yang diberikan adalah komputer dan internet dasar hingga tingkat lanjut sesuai dengan kebutuhan komunitas. Adapula pelatihan desain grafis menggunakan aplikasi Photoshop. Model pembelajaran yang tidak terlalu formal serta mengutamakan praktik memungkinkan peserta pelatihan untuk menyampaikan kebutuhannya secara bebas. Dengan kata lain model pembelajaran mengikuti kemauan peserta.

Melalui pelatihan komputer di perpustakaan, anggota komunitas  mulai memahami fungsi-fungsi operasi dari aplikasi perkantoran buatan Bill Gates, Microsoft. Ms.Word, Ms.Excel dan Ms.PowerPoint mulai dikenal mereka.

Perusahaan-perusahaan besar di wilayah Kabupaten Probolinggo juga sudah mulai melirik Perpusda untuk dijadikan sebagai partner kerjasama sosial mereka. Salah satunya PT. YTL Jawa Timur Paiton yang telah memberikan komitmennya dalam menunjang kegiatan di Perpusda dengan memberikan bantuan 10 unit komputer. Dan kami yakin bahwa komitmen tersebut akan diikuti oleh pihak-pihak swasta yang lain.

Pustaka Kriya

Selain pelatihan komputer dan internet, kegiatan perpustakaan berbasis komunitas sudah merambah kalangan perempuan. Dengan program yang dikenal dengan Pustaka Kriya. Kegiatan ini memfasilitasi kaum perempuan meningkatkan skill dalam dunia rajut tangan. Menggunakan media tali kur dan benang poli, peserta membuat aneka kerajinan rajut tangan. Bros, tatakan gelas, dompet, hingga tas menjadi produk yang dihasilkan dari kegiatan ini.

Program ini semakin banyak diminati. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak tertarik untuk bergabung dengan Pustaka Kriya Perpusda ini. Salah satu Kecamatan mengundang tutor Pustaka Kriya menjadi narasumber dalam kegiatan rajut. Tak ketinggalan pula, sebuah sekolah mengharapkan seorang pelaku Pustaka Kriya untuk menjadi guru ketrampilan.

Siti Aisyah, menjadi tenaga harian lepas di Perpusda sebagai seorang penginput data buku ke komputer. Awalnya mempunyai usaha sampingan dengan berjualan tas dari kulit yang diambil dari seorang pedagang untuk dijual lagi kepada orang lain. Setelah mengikuti pelatihan rajut tangan di Perpusda, gadis kelahiran Probolinggo 21 tahun lalu itu mampu membuat produk rajut sendiri. Untuk memaksimalkan usahanya Aisyah juga berupaya memperluas jaringan dan pemasaran produk, termasuk pemasaran lewat internet. “Saya dilatih membuat Facebook, blog, dan toko online untuk pemasaran produk saya oleh Perpustakaan,” jelasnya.

Dengan bendera “Syahe Olshop”, saat ini pembeli produknya tidak hanya dari Kabupaten Probolinggo, namun sudah merambah hingga keluar pula Jawa, diantaranya Batam dan Bangka Belitung. Dalam tempo tak kurang tiga bulan setelah mengikuti pelatihan rajut, omset Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000,- didapatkanya dalam satu bulan. Mungkin memang masih kecil, tapi Aisyah setidaknya sudah merasakan kebahagiaan batin yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Pustaka Kriya mulai dijadikan kegiatan pembelajaran bagi siswa di salah satu sekolah di Kraksaan dengan mengirimkan siswanya belajar dan berkreasi dengan tali kur dan benang poli. Pustaka Kriya sudah dijadikan sebagai pelajaran ekstrakurikuler di sekolah tersebut. Mudah-mudahan hal ini akan diikuti oleh sekolah-sekolah yang lain di Kabupaten Probolinggo. Bahkan, bisa juga diadopsi oleh sekolah-sekolah di luar Kabupaten Probolinggo. Pustaka Kriya diadakan secara rutin di Perpusda Kabupaten Probolinggo setiap hari Sabtu jam 09.00 WIB.

Pustaka Kirana

Sebagai bagian dari masyarakat Jawa, Kabupaten Probolinggo juga tidak ingin melupakan ragam budaya Indonesia. Diantara ragam tersebut, Perpusda mencoba menyediakan sarana yang bisa diikuti oleh masyarakat khususnya kaum perempuan dengan membuka kelas tari, Pustaka Kirana. Adalah Ibu Herlina, pengasuh Sanggar Tari “Lothek” yang bersedia dengan sukarela membimbing pemustaka yang ingin menyalurkan bakatnya di dunia tari. Hadir di Perpusda setiap hari Jum’at jam 11.00 WIB.

Pustaka Kirana menjadi wahana baru masyarakat Kabupaten Probolinggo. Perpustakaan yang selama ini identik dengan tempat yang kurang menyenangkan, seketika berubah menjadi daerah yang indah dengan gerakan luwes dari peserta kelas tari. Pelajar, mahasiswa maupun kalangan guru dan ibu rumah tangga berhak untuk mengikuti aktivitas tersebut. Tak lupa, peserta tari juga diajarkan bagaimana memanfaatkan fasilitas internet Youtube untuk mencari literatur baru terkait perkembangan dunia tari dan gerakan tari baru. Target jangka pendek untuk menghasilkan kelompok tari yang mampu berbicara banyak di even yang akan diikuti awal tahun 2017 tampaknya bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai.

Perpustakaan Seru

Sinergi Perpusda Kabupaten Probolinggo dengan berbagai pihak terkait, baik swasta maupun pemerintah, dalam membangun gerakan literasi informasi merupakan suatu bukti bahwa Perpustakaan Makin Seru. Sinergitas lintas sektoral mampu mengubah image yang selama ini hinggap di pakaian Perpusda. Setiap orang dapat berinovasi, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga memungkinkan setiap individu, komunitas, dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi mereka untuk pembangunan berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup melalui pemanfaatan semua jenis layanan di perpustakaan. 

Perpusda Kabupaten Probolinggo terbukti membawa dampak besar bagi masyarakat Kabupaten Probolinggo sehingga membuahkan banyak penghargaan. Tahun 2016 ini Bupati Probolinggo memperoleh penghargaan dari Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) atas komitmennya dalam membangun kualitas sumber daya manusia melalui transformasi perpustakaan.

Disamping penghargaan tersebut, Perpusda Kabupaten Probolinggo juga memperoleh penghargaan dari Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) Tahun 2016, diantaranya:
1.      Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik atas komitmen melakukan dokumentasi kegiatan online
2.      Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama kategori Advokasi Pengembangan Perpustakaan Berkelanjutan
3.      Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Pertama kategori Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi
4.      Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Kedua kategori Kegiatan Pelibatan Masyarakat
5.      Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik Kedua kategori Lomba Cerita Impact Video

Seiring berjalannya waktu, mudah-mudahan akan banyak lagi penghargaan yang singgah di Perpusda Kabupaten Probolinggo. Dan hal itu tampaknya bukan mimpi di siang bolong apabila melihat sinergi yang luar biasa dengan semua kalangan. Semoga. (***)

*) Pejabat Fungsional Pustakawan dengan Pangkat Pustakawan Ahli Pertama di Perpusda Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2013. Menempuh D3 Ilmu Perpustakaan UGM lulus tahun 2000. Melanjutkan jenjang sarjana ilmu perpustakaan di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya lulus tahun 2012. Kelahiran Jogja 14 Februari 1978, ayah dari dua orang anak, Zaskia Rifky An-Nadia Hesa Putri dan Iyaas Kamil Syahid Al-Haq Hesa Putra, dari seorang istri Yeti Kusnindah, S.Pd.

** Tulisan ini murni karya Hesthiyono S Adhi. Pemilik blog hanya mengubah judul tulisan. Judul aslinya: Mewujudkan Perpusda yang Seru)

3 comments: