Tulisan
ini saya tulis di akhir tahun 2014. Mengenang
keseruan saat kali pertama mengikuti Training of Fasilitator, di Bali selama 11
hari. Saya buka kembali, ternyata keseruan di PerpuSeru tidak hanya pada tahun
itu. Berlaku dan saya rasakan hingga saat ini. Any way, tidak ada salahnya saya kembali membuka kenangan tersebut.
Yuk kita simak langsung!
Tim Leader Fasilitator Perpuseru¸ Bagus Suminar,
terbang sambil membentangkan kedua tangannya berputar mengitari seluruh peserta
Pelatihan Fasilitator. Gaya terbang tersebut sekaligus sebagai penutup semua
perkenalan pada pagi itu, Minggu (19/10/2014). Gaya terbang ini seolah
mengingatkan kembali pada seluruh peserta Pelatihan Fasilitator Perpuseru,
slogan besar program Perpuseru ‘Bersama Terbang Menembus Batas’. Program
Perpuseru dilaksanakan Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) didukung Bill
& Melinda Gates Foundation bekerja sama Peac Bromo dan jalin mitra PT.
Telkom.
![]() |
Keseruan di sela-sela Pelatihan Fasilitator Perdana di Bali 2014 |
Bagus
Suminar yang memimpin acara perkenalan mengajak memperkenalkan diri dengan gaya
masing-masing disertai yel-yel diri. Cara seperti ini katanya akan
memperlihatkan karakter pribadi tiap peserta. Sesi perkenalan pun dimulai. Ada
yang dengan gaya goyang milik Inul Daratista diadopsi Niklah ‘Dina’ Nomida dari
CCFI, ada gaya Gogon Srimulat dipakai Johan Adi Sanjaya dari Lumajang Jawa
Timur. Dan aku sendiri pakai gaya Bung Tomo, itu tu Pahlawan Nasional dari
Surabaya. Terkadang aku berpikir, kok bisa spontan aku pilih gaya tersebut. Apa
egoku masih tinggi dengan melihatkan ke-aku-anku? Semoga aja tidak, ambil
positifnya aja. Semoga kawan-kawan Fasilitator Perpuseru mampu jadi pahlawan
untuk kemajuan perpustakaan desa berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Pagi itu sungguh tak ada batas dan sekat antara
panitia maupun peserta pelatihan. Semua berbaur jadi satu. Semua juga
berkenalan dengan gaya khasnya sendiri, termasuk pula panitia. Cara seperti ini
belum aku temui sebelumnya di pelatihan yang pernah aku ikuti. Biasanya panitia
jaga image
atau jaim.
Namun tidak begitu saat giliran Direktur Program Perpuseru Erlyn
Sulistyaningsih, beliau pun memperkenalkan diri dengan gaya yang dipilih.
Begitupun Direktur Peac Bromo Samsul Hadi, beliau juga tak canggung pilih gaya
perkenalan di depan semua peserta.
![]() |
Keseruan Gala Dinner 2014, Bali. |
Sungguh
menarik ketika aku mengamati dan mencari sedikit tahu latar belakang 41
fasilitator perpuseru. Keingintahuan itu aku peroleh dengan melihat akun
facebook, ngobrol langsung atau sekadar memancing saat ngobrol sepintas dengan
kawan-kawan. Ternyata aku ‘klepo’ juga seperti Ibu Siti selaku Kepala
Perpustakaan Kabupaten Bojong Kenyot. Cerita dalam materi advokasi yang
disampaikan Hastin Atas Asih. Sebelum terpilih jadi fasilitator perpuseru,
selama ini mereka bergelut dengan aktivitas yang sangat beraneka ragam. Fasilitator
perpuseru sampai aku gambarkan sebagai minitur bangsa Indonesia. Berasal dari
beraneka ragam budaya, tradisi, bahasa daerah, profesi, pendidikan dan tentunya
beraneka ragam pola pikir. Bhineka lah… kalau boleh aku menyebutnya.
Seperti
sosok Anis Nugrahanto. Aku penasaran dengan pelaku agrobisnis asal Temanggung
Jawa Tengah, saat sesi wawancara seleksi calon fasilitator perpuseru di
Semarang, 18 September lalu. Di bailik sifatnya yang penuh humor dan usia yang
tak muda lagi, ia masih bersemangat dan aktif mengikuti semua sesi pelatihan.
Ternyata Anis sudah lama bergelut di dunia pendampingan petani. Kini, tatkala
ia dan Muhammad Farichin mendampingi Perpustakaan Desa di Kabupaten Wonosobo,
optimis mampu melaksanakan tugas dengan baik. Jauh hari sebelumnya, Anis sudah
melakukan pendampingan petani kentang di Wonosobo.
Muncul
pula sosok bernama Asep Saiful Rohman. Saat pelatihan di Bali, ia lebih dikenal
dengan ‘Obat Cacing Cap Dolly’. Pada wajahnya yang alim dan cool, ia juga
punya sisi humoris. Keseharian Asep sebagai Dosen di Universitas Padjadjaran
Bandung. Asep yang menyelesaikan S2 bidang Ilmu Informatika dan Perpustakaan
jadi fasilitator untuk Kabupaten Soreang Bandung.
![]() |
Erlyn Sulistyaningsih, Direktur Program PerpuSeru |
Dari
Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, sosok yang menginspirasiku juga untuk
berubah ke berpikir positif dan belajar ilmu berbagi. Tak lain ia bernama Awiek
Hadi Widodo. Fasilitator kelahiran Jember Jawa Timur telah merubah banyak
paradigmaku. Sampai-sampai setiap malam aku sering begadang di kamar hotel yang
ia dihuni bersama Johan Adi Wijaya dari Lumajang Jawa Timur. Awiek begitu ia
biasa dipanggil, pemilik Pradata bergerak di bidang menggerakkan masyarakat
Tabalong untuk bergerak berubah. Lewat pelatihan computer, internet, menjahit
dan menyetir dan pengembangan diri melalui motivasi.
Dari
beliau aku juga diberi bekal segepok file berisi film motivasi, contoh proposal
kegiatan, silabus pelatihan komputer dan file lain yang ku anggap penting.
Bapak 3 putra yang semua sudah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, juga
jadi rebutan saat ia melintas. Tujuannya tak lain minta dipotret. Makasih
banyak Pak Awiek, meski aku sudah pulang kampung, BBM dan facebook berisi
motivasi masih masuk menghiasi androidku.
Temanku
sendiri dari Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Tahyatur Ratih, sudah punya
Komunitas Ibu Profesional Jepara (IPJ). Komunitas para ibu dan calon ibu yang
senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang istri, ibu dan
perempuan. Kegiatan berupa Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan
Bunda Soleha. Ada kuliah juga berupa kuliah online bersama Master Lecture Bunda
Septi, ibu teladan nasional. Kegiatan IPJ tiap dua Jum’at sekali di Aula
Perpusdes Jepara. Waktu kegiatan IPJ dibuat on time, agar
peserta kuliah tak dibiasakan datang terlambat.
![]() |
Samsul Hadi, Direktur Peac Bromo |
Ada
nama besar yang terlewat dari keingintahuanku. Ya, Benny Arnas, sosok muda nan
cakep ini muncul secara tiba-tiba dalam benakku saat tampil memukau di
pembukaan pelatihan. Puisi ‘Orang-Orang Gila’ yang telah menyadarkanku akan
adanya sastrawan sekaliber nasional yang gabung juga sebagai fasilitator perpuseru.
Benny yang jadi fasilitator di kampung halaman, Lubuk Linggau Sumatera Selatan,
tinggal melanjutkan kiprahnya. Sebelumya, ia sudah aktif di Perpustakaan Lubuk
Linggau dengan ‘Linggau Class Writing’ yang ia dirikan. Khusus untuk Benny, aku
meluangkan waktu khusus untuk berbagi pengalaman di dunia tulis menulis. Banyak
makasih atas waktu dan pengalaman yang telah dibagi Brade!
Aku
terus mencari profesi unik kawan-kawan fasilitator perpuseru. Setelah 3 hari
berada di pelatihan, ketemu juga sosok baru yang aku cari. Lita Rahman, begitu
namanya tertulis di akun facebook miliknya. Lulusan Psikologi Universitas
Padjadjaran terpilih untuk Kabupaten Sukabumi, maaf kalau salah, aku belum
sempat cek di data perpuseru. Alumni SMAN 2 Denpasar ini juga aktif di Komunitas
Bandung Berkebun yang digalakkan Walikota Bandung Ridwan Kamil. Karena ada hoby
yang sama di bidang berkebun denganku, aku juga sempatkan berbagi pengalaman
dengan Lita. Sepulang makan malan di Pirates Restaurant The Bay Nusa Dua, loby
hotel jadi tempat saling berbagi pengalaman berkebun tersebut. Makasih ya Mbak
Lita!
Sementara
dari pihak panitia yang aku bidik dari Peac Bromo. Kawan-kawan CCFI sebagian
besar aku sudah mengenal. Sosok Bagus Suminar yang aku incar. Beliau yang
mewawancarai aku saat seleksi calon fasilitator perpuseru, di Semarang. Sosok
yang mengena di hatiku. Sosok santun, baik sikap maupun bicara dengan
pengalaman yang luas.
![]() |
Bagus Suminar, Team Leader PerpuSeru |
Sebetulnya
ada seseorang yang mau aku ajak wawancara lebih jauh. Ada hasrat besar untuk
komunikasi. Karena aku masih canggung, belum berani mendekati. Mungkin nanti
saat Pelatihan Mentoring di Yogyakarta aku bisa manfaatkan waktu yang ada untuk
wawancara. Bisa sih aku melihat profil beliau di web milik Peac Bromo. Tapi
rasanya kurang gimana gitu. Maaf Cak Samsul Hadi ya!
Tulisanku
tentang Cak Samsul Hadi dan Pak Bagus Suminar akan ku tulis di halaman yang
lain. Maaf juga kawan-kawan yang belum kusebut dalam tulisan ini, insyaalah
akan ku tulis di halaman yang berbeda lain waktu. Maaf sekali lagi ya!
Meski
berangkat dari kebhinekaan, 41 fasilitator, 76 perpustakaan, 19 kabupaten, yang
tersebar di 12 provinsi, semangat terbang menembus batas harus selalu dijadikan
roh. Keanekaragaman kita, tidak dijadikan alasan hambatan. Jadikanlah tantangan
untuk kemajuan perpustakaan desa berbasis TIK. Batas tidak hanya ruang dan
waktu. Batas juga bisa berupa ego kita, beda pendidikan dan pengalaman kita
dengan masyarakat. Batas-batas itu harus kita runtuhkan. Mari berbaur dengan
masyarakat dengan tanpa batas. Tentunya tetap mengedepankan norma sesuai
masyarakat dimana kita berada. Semoga metode perkenalan yang dibuat Pak Bagus
Suminar di atas bisa kita jadikan contoh, tak ada batas antara satu dengan yang
lain. Hidup Perpuseru! Hidup Perpusdes Berbasis TIK! Hidup masyarakat berbasis
TIK! (***)
No comments:
Post a Comment