PerpuSeru. Program
PerpuSeru terus berkomitmen untuk membangun staf perpustakaan dan masyarakat
yang peduli terhadap pengembangan perpustakaan. Di beberapa kegiatan nasional, PerpuSeru
menggandeng praktisi atau konsultan pengembangan sumber daya manusia. Kehadiran
para konsultan ini diharapkan mampu merubah mindset diri dan memperkuat
kapasitas staf perpustakaan dan pihak lain yang terlibat di pengembangan
perpustakaan. Konsultan yang pernah digandeng PerpuSeru diantaranya Charles
Bonar Sirait konsultan komunikasi, Simon konsulta pembangunan tim kerja dan
Agus Kristiyanto konsultan Pengembangan Diri.
Ibarat kata
PerpuSeru hadir tidak memberikan ikan matang siap saji, akan tetapi memberikan
kail. Jika dibahasakan mudah, PerpuSeru tidak memberikan bantuan materi kepada
perpustakaan mitra. PerpuSeru lebih menenankan pada membangun karakter dan
kapasitas staf perpustakaan. Sehingga perpustakaan mampu mengoptimalkan potensi
yang ada di daerah masing-masing. Banyak potensi di daerah yang bisa diajak
sinergi untuk mengembangkan perpustakaan.
Pada Lokakarya
Perluasan Transformasi Perpustakaan Desa di Hotel The Alana, Solo, (8-9/12),
PerpuSeru menghadirkan Agus Kristiyanto untuk kesekian kalinya. Sebelumnya Pak
Kris hadir di PLM Nasional Makassar dan PLM Nasional Jakarta.
Pak Kris
menggugah peserta yang hadir di Solo untuk meraba diri sendiri. Jika selama ini
kehadiran PerpuSeru telah banyak merubah Perpusda dengan berbagai capaian
keberhasilan. Kehadiran PerpuSeru selayaknya juga harus mengubah diri pribadi
orang yang terlibat di Perpusda. Ketika Pak Kris bertanya ke peserta Lokakarya,
ada beberapa jawaban menarik atas perubahan diri peserta. Beberapa peserta
menyampaikan makin mencintai pekerjaan di perpustakaan. Ada pula yang menjawab
makin percaya diri, mudah bergaul, yakin tidak ada masalah yang tidak bisa
dipecahkan bahkan ada kepala kantor yang sudah siap mengembangkan wirausaha
setelah pensiun.
Pak Kris
menjelaskan perlu identifikasi yang tepat atas diri sendiri. Jika tidak tepat
dalam mengidentifikasi diri sendiri akan berpengaruh pada rencana tindak lanjut
yang kurang tepat pula. Untuk itu harus mampu mengetahui ketrampilan yang
dimiliki, mengetahui potensi diri yang dimiliki apa dan mengetahui kelemahan
yang dimiliki. Setelah mampu mengidentifikasi diri sendiri, kita harus tahu
tujuan hidup kita apa. Dan terakhir yang dibutuhkan adalah harus tahu bagaimana
cara mencapai tujuan hidup kita berdasarkan identifikasi ketrampilan, potensi
dan kelemahan tadi.
Pak Kris juga
mengatakan bahwa utuk melakukan lompatan perubahan pada diri dan perpustakaan,
diperlukan kegiatan yang terpogram. Baik terprogram jangka pendek dan panjang. Rencana
yang terprogram tersebut harus memenuhi unsur spesifik, dapat diukur,
realistis, apa cocok dengan diri kita dan ada skala waktu yang jelas. Pak Kris juga berpesan, jangan melakukan
analisa diri dengan melibatkan pihak lain.
Nah agar
mudah dipahami alur yang disampaikan Pak Kris. Berikut akan saya coba
mencontohkan identifikasi diri saya saat Pak Kris meminta praktik identifikasi
diri. Ketrampilan yang saya miliki adalah menulis. Potensi diri saya adalah
mudah beradaptasi. Sementara kelemahan saya itu mudah bosan. Tujuan jangka
panjang saya menerbitkan buku karya sendiri. Sedangkan tujuan pendek saya
menulis blog rutin tiap hari. Ketrampilan menulis ditopang kemampuan
beradaptasi. Saya bisa menulis dalam kondisi apapun. Mudah mencari informasi
sebagai bahan tulisan dengan potensi adaptasi tersebut. Akan tetapi terkadang
bosan untuk menulis. Sehingga harus dipaksa menulis tiap hari supaya tidak
bosan. Untuk tujuan jangka pendek menulis di blog, jangka panjang bisa dipakai
untuk bahan buku yang akan diterbitkan. Pesan Pak Kris jangan melibatkan pihak
lain saat identifikasi diri, tidak akan menyalahkan suasana lingkungan untuk
tidak menulis. Saya yang harus memanajemen diri untuk kondisi tersebut.
Setelah melakukan
identifikasi diri, seharusnya kita juga mampu melakukan identifikasi perpusda
untuk pengembangan perpustakaan. Pasti bisa! (***)
No comments:
Post a Comment