Perpustakaan terbukti telah
berperan dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah. Peran ini hadir setelah
perpustakaan melakukan sebuah transformasi diri. Transformasi dari tempat
membaca dan meminjam buku menjadi pusat belajar dan berkegiatan masyarakat yang
mengikuti kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Proses transformasi perpustakaan
tersebut dilakukan setelah hadirnya Program PerpuSeru atau Perpustakaan Seru di
Indonesia.
Program PerpuSeru dilaksanakan
Coca Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates
Foundation sejak November 2011. Pada fase pertama, PerpuSeru bermitra dengan 34
perpustakaan di 16 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan rincian 28
perpustakaan kabupaten, 1 perpustakaan provinsi, 3 perpustakaan kelurahan dan 2
Taman Bacaan Masyarakat. Pada tahun 2016, jumlah perpustakaan yang menjadi
mitra bertambah. PerpuSeru telah bermitra dengan 18 perpustakaan provinsi, 102
perpustakaan kabupaten / kota, 234 perpustakaan desa / kelurahan / TBM.
![]() |
Peningkatan Kapasitas Staf Perpusda Demak |
Kehadiran PerpuSeru mampu
menggeser pandangan sebagian masyarakat bahwa perpustakaan merupakan tempat
bagi kaum terpelajar atau terdidik. Perpustakaan adalah tempat buat anak
sekolah, anak kuliah atau pegawai yang mau melanjutkan lagi pendidikan.
Perpustakaan merupakan gudang tumpukan buku tebal yang bikin pusing ketika
dibaca.
Kini, perpustakaan telah
memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang menjadi kebutuhan masyarakat. Misalnya
pengembangan ekonomi, pertanian, pendidikan dan kesehatan. Sehingga masyarakat
yang datang memanfaatkan fasilitas atau mengikuti kegiatan dapat merasakan
manfaat dari keberadaan perpustakaan. Seperti peningkatan pengembangan usaha
dan pendapatan, peningkatan prestasi pendidikan, mendapatkan pekerjaan dan usaha
pertanian berkembang. Berdampak pula pada peningkatan pengetahuan kesehatan,
sebagai media aktualisasi diri atau sekadar menyalurkan hobi.
![]() |
Peningkatan Kapasitas Staf Perpusda Grobogan |
Banyak ibu rumah tangga yang telah
merasakan dampak dari perpustakaan. Ekonomi keluarga meningkat setelah
mengikuti kegiatan di perpustakaan. Seperti pelatihan membuat hantaran
pengantin, menyulam, membuat kue dan membuat bros. Banyak pemuda yang mendapatkan
penghasilan dan membuat peluang kerja setelah dari perpustakaan. Mereka ada
yang budidaya jahe merah, dapat penghasilan dari google adsense, marketing online, potong rambut online, mendaur
ulang sampah dan beternak kelinci. Demikian pula meningkatnya usaha para pelaku
UMKM setelah dari perpustakaan.
Begitu besar dan nyata dampak bagi
masyarakat, maka jangan lagi memandang remeh akan keberadaan perpustakaan. Agar
memberi dampak pada masyarakat yang lebih luas, pengembangan perpustakaan
membutuhkan dukungan dari semua pihak. Baik pihak swasta melalui kepedulian
dengan menyalurkan dana CSR ke perpustakaan. Dana CSR tersebut tidak akan
sia-sia disalurkan ke perpustakaan. Sebab perpustakaan telah nyata melakukan
pemberdayaan kepada masyarakat. Perpustakaan memberi kail, bukan memberi ikan.
![]() |
Peningkatan Kapasitas Staf Perpusda Pati |
Pihak lembaga swadaya masyarakat (NGO)
dan komunitas juga seharusnya bisa bergandengan dengan perpustakaan. Baik
perpustakaan daerah maupun perpustakaan desa. Sebab antara NGO atau komunitas
dengan perpustakaan memiliki muara yang sama, yakni pemberdayaan masyarakat. Kedua
lembaga masyarakat tersebut bisa berbagi ilmu, berbagi pengalaman dan membantu
mengembangkan perpustakaan dalam wujud lain.
Keberpihakan yang paling
dibutuhkan untuk pengembangan perpustakaan adalah pihak pemerintah. Baik kepala
perpustakaan, bupati, walikota, lembaga legislatif maupun instansi pemerintah
lain. Kepala kantor harus berani merubah perpustakaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, bukan kebutuhan pemerintah. Apalagi kepala kantor hanya berpikir
yang terpenting bekerja sesuai tupoksi saja. Begitu pula pimpinan daerah, harus
berani menaikkan anggaran perpustakaan. Berani pula membuat kebijakan yang
mendukung pengembangan perpustakaan.
![]() |
Peningkatan Kapasitas Staf Perpusda Rembang |
Instansi pemerintah lain juga
harus legowo bersinergi dengan perpustakaan. Dibuka pola pikirnya bahwa Perpustakaan bukan mengambil wilayah kerja
instansi mereka. Akan tetapi membantu kinerja instansi lain demi kemakmuran
masyarakat. Begitu pula para anggota legislatif. Mereka harus berani
mengalihkan dana reses ke perpustakaan. mereka juga harus berani membuat
kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui perpustakaan.
Tidak kalah penting, masyarakat
juga harus berani merubah pola pikirnya. Tidak selalu mengharapkan uang
transport ketika mengikuti kegiatan. Ilmu yang diberikan ke masyarakat jauh
lebih penting dibanding uang transport yang dalam hitungan detik akan sirna. Masyarakat
harus berani merubah mindset mencari ilmu, bukannya mencari ‘amplop’. Ilmu yang
didapat dari perpustakaan jika dilakukan, pasti akan menghasilkan uang yang
lebih besar. Sudah ada banyak contoh masyarakat yang mengubah mindset mereka.
Dan akhirnya toh kualitas hidup mereka meningkat. Niat tulus untuk belajarlah
yang membuat masyarakat tadi berubah! (***)
keren mas (y)
ReplyDeleteMakasih
ReplyDelete