Wednesday, January 17, 2024

Manajemen Konflik

  

Manajemen Konflik

 

Pada era global seperti sekarang ini yang ditandai dengan kemajuan di bidang sains dan teknologi membuat interaksi sosial di antara manusia sebagai makhluk sosial menjadi lebih mudah. Dalam kapasitasnya sebagai bagian dalam bermasyarakat, manusia tidak bisa terlepas dari berbagai permasalahan. Berbagai perbedaan pandangan, nilai, dan tujuan sangat rentan memantik timbulnya konflik. Perbedaan pandangan antar perorangan juga dapat mengakibatkan konflik. Suatu konflik bukanlah harus kita hindari, akan tetapi bagaimana kita dapat mengelola konflik tersebut sehingga dapat menjadi suatu kerjasama yang produktif.

Menurut Kartini Kartono sebagaimana dikutip oleh Hendyat Soetopo, arti konflik mengacu pada semua benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi, dan interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan. Secara fitrah manusia dilahirkan dalam karakter dan perilaku yang berbeda-beda. Hal ini yang menyebabkan terjadinya konflik antara individu dalam sebuah organisasi, tak terkecuali di lembaga pendidikan. Perbedaan pendapat, salah paham, salah satu pihak merasa dirugikan, perasaan yang terlalu sensitif, perilaku yang tidak menyenangkan, konflik yang disebabkan struktur adalah beberapa penyebab terjadinya konflik.

Setiap kelompok dalam satu organisasi dimana di dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan yang lainnya, mempunyai kecenderungan timbulnya suatu konflik yang tidak dapat di hindarkan. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam suatu kelompok dan organisasi, konflik tidak dapatdi singkirkan tetapi konflik bisa menjadi kekuatan positif dalam suatu kelompok danorganisasi agar menjadi kelompok dan organisasi berkinerja efektif.Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktoryang menyebabkan tinbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan, konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Dalam menata sebuah konflik dalam organisasi di perlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua pihakyang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang tepat agar konflik dapat terselesaikan.

 

1.    Pengertian Manajemen

 Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya:

Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1)

Mengartikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1)

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Terry (2005: 1)

Memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.

Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secarabersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

2.    Pengertian Konflik

Konflik merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang terjadi dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu dialami oleh diri sendiri atau pun orang lain. Konflik bisa saja ditemui tanpa sengaja baik disadari ataupun tidak. Konflik bias saja hadir di tengah-tengah kesibukan bekerja, bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Dimanapun seseorang berada, konflik bias saja terjadi. Jika tidak terjadi karna diri sendiri, konflik dapat terjadi disebabkan oleh perilaku orang lain.

Sikap tidak dapat menerima kekalahan dan kenyataan menjadi salah satu sumber yang dapat menimbulkan konflik. Contoh kecil misalnya seseorang melakukan kesalahan dalam bekerja maka akan menyebabkan dia dimarahi atasan. Mengahdapi kenyataan itu ia memberontak dan tidak dapat menerima kemarahan atasannya. Dari peristiwa itu kemudian muncul konflik antara dirinya dengan atasannya.

Konflik merupakan keadaan yang seringkali diartikan negative dan dihindari oleh seseorang. Hal ini cukup beralasan karena konflik yang dialami membuat seseorang merasa tidak nyaman. Apabila konflik dibiarkan saja akan dapat menimbulkan depresi pada seseorang. Oleh karena itu, konflik harus dicari solusi yang terbaik dan diselesaikan agar tidak menjadi masalah baru.

Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konfliksebenarnyamerupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomenayang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagaigejala yangwajaryang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.Konflik berasal dari kata kerja Latin“configure”yang berarti saling memukul. Secarasosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa jugakelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain denganmenghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Pada hakekatnya konflik dapat di definisikan sebagai segala macam interkasi antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi (organizational conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya- sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai, atau persepsi.

Adapun konflik berbeda dengan persaingan (competition) terletak pada apakah salah satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya. Persaingan ada bila tujuan-tujuan pihak-pihak yang terlibat adalah tidak sesuai tetapi pihak-pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu.

Berikut ini adalah beberapa pengertian konflik, yaitu sebagai berikut:

Stragner dalam Winardi (2012)

Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua orang (ataulebih) menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini konflik didefinisikan sebagai kondisi antara dua orang ataulebih yang berjuang dalam mencapai tujuan. Konflik seperti ini dipahami sebagai kondisi yang positif karena berpotensi untuk meningkatkan hasil kerja yang lebih baik dari orang lain. Tentunya hal ini bermanfaat terhadap produktivitas organisasi.

Menurut Stagner dalam Winardi (2012) Konflik dan persaingan adalah dua hal yang berbeda. Persaingan meliputi tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan menyebabkan orang lain tidak berhasil mencapai tujuannya. Artinya, dalam persaingan terdapat upaya untuk menghalangi,menghambat ataupun mengganggu orang lain dalam mencapai tujuannya.

Mullins (2012) 

Mendefinikan konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak sesuaian tujuan dan munculnya berbagai pertetangan perilaku , baik yang ada di dalam diri individu , kelompok maupun organisasi.

Killman dan Thomas (1978),

Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Kusnadi dan Bambang Wahyudi (2001)

Konflik adalah segala bentuk interaksi yang bersifat oposisi atau suatu interaksi yang bersifat antafonistis (berlawanan, bertentangan atau berseberangan).

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan:

1.      Adanya tujuan yang bersebrangan atau terhalangi

2.      Adanya pihak yang menganggap bahwa konflik ada, bias individu, kelompok, tim, ataupun bagian-bagian dalam organisasi terhadap sesamanya

3.      Konflik termanifestasi berupa rasa tidak nyaman atau permusuhan

4.      Konflik dapat disikapi baik secara negative maupun positif bagi perkembangan organisasi

5.      Konflik tidak terelakkan selama organisasi terus beroperasi karena terdiri atas entitas-entitas yang punya kepentingan dan tujuan masing-masing

 

3.    Pengertian Manajemen Konflik


Manajemen Konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam

suatu konflik.Manajemen Konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasipada proses yang

mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun dari pihak luar dan

bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interest) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang

berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi

konflik.Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan pihak

ketiga.

 Minnery (1980:220)

Menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan suatu proses rasional yang sifatnya iteratif, dimana proses tersebut terjadi secara terus menerus, mengalami penyempurnaan hingga tercapai model yang representative dan ideal.

Ross(1993)

Manajemen konflik merupakan langkah-langkahyang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihanke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir  berupa penyelesaian konflik. Konflik adalah adanya ketidakpastian yang terjadi di dalam (kelompok individu dengan individu ,individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok lainnya) akibat berlangsungnya suatu kejadian maupun dikarenakan pencapaian yang dicapai kelompok lain , membuat kelompok tersebut ingin menyamai pencapaian kelompok lain dengan cara-cara terpuji maupun dengan cara-cara yang bisa menimbulkan pertentangan dengan kelompok lain.

Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

Manajemen konflik meliputi beberapa langkah yaitu:

a.       Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan)

b.      Klarifikasi karakteristik dan struktur konflik

c.       Evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya)

d.      Menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik

e.       Menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik menurut Fisher dkk (2001:7):

a.       Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras

b.      Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.

          Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat

d.   Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bias tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik social dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negative dari peperangan menjadi kekuatan social dan politik yang positif

 Kesimpulan

Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diriindividu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Maka dibutuhkan suatu manajemen agar suatu tujuan dapat tercapai. Maka dari itu, tebentuklah suatu manajemen konflik.

Manajemen Konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun dari pihak luar dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interest) dan interpretasi. Manajemen konflik berperan sebagai pengatur dalam suatu proses hubungan antara dua belah pihak yang sedang bersitegang. (*)

No comments:

Post a Comment