Wednesday, April 12, 2017

Peluang Sinergi Perpustakaan dengan Program Kementrian Desa

Transformasi (perubahan) pengembangan perpustakaan membutuhkan dukungan dari semua pihak. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan sinergi dengan pihak pemerintah, swasta dan kelompok masyarakat atau komunitas. Adanya transformasi perpustakaan mitra PerpuSeru yang menjadikan perpustakaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, bisa menjadi magnet melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.

Ada peluang lebar sinergi antara perpustakaan desa dengan program dari kementrian desa. Kementrian Desa telah memberikan Dana Desa yang jumlahnya besar. Dana Desa tak akan memberikan dampak nyata untuk kemajuan desa apabila penggunaannya tak tepat sasaran dan kurang optimal.

Dana Desa tersebut akan optimal jika dipergunakan sesuai program dan desa melakukan empat program unggulan, terutama menetapkan produk unggulan kawasan desa (prokades) atau dikenal juga dengan one village one product (satu desa satu produk). Munculnya prokades didasari adanya fenomena setiap desa terlalu banyak produk yang dihasilkan. Tapi jumlahnya kecil dan tak memenuhi skala ekonomi besar.

Dengan begitu, produk yang dihasilkan habis dikonsumsi dan tak mendatangkan pendapatan tambahan bagi masyarakat desa. Karena itu, Kemendes mendorong setiap desa untuk memilih atau menetapkan dua atau tiga produk unggulan yang bisa menghasilkan skala ekonomi besar.

Yang harus dilakukan aparat desa adalah mengidentifikasi produk apa yang cocok dengan desa tersebut. Apakah komoditi, pariwisata, ekonomi kreatif atau lainnya. Di bidang pertanian misalnya, dengan produksi yang banyak, pemerintah akan mendatangkan sarana pascapanen ke setiap desa.

Program prokades diyakini akan mempercepat kemajuan luar biasa di desa. Sebab, banyak dana dari pemerintah yang digelontorkan ke desa, tapi tak mampu mengubah wajah desa secara signifikan.

Mari melalui perpustakaan desa, kita sinergikan dengan program prokades tersebut. Perpustakaan bisa mengambil peran pada wilayah memberikan fasilitas pemberdayaan masyarakat. Baik berupa gedung pelatihan yang representatif di perpustakaan. Meningkatkan fasilitas informasi, baik berupa buku, internet maupun pelatihan. Sehingga masyarakat desa semakin berdaya.

Perpustakaan desa bisa bergandengan dengan siapa saja untuk memajukan masyarakat desa. Banyak elemen yang bisa diajak bersinergi. Seperti karang taruna, tim penggerak PKK, UPPKS, Posyandu, pelaku UMKM dan yang lainnya. Memberdayakan masyarakat desa akan lebih kuat dan berkelanjutan jika dilakukan bersama-sama. (***)

Sunday, April 2, 2017

PerpuSeru Tak Hanya Senam Kewer Kewer

Masih terkait dengan Senam Kewer Kewer. Teman-teman semua pasti rasanya pengen kumpul lagi, pelatihan bareng lagi, dan berbagi keseruan kembali di aula perpusda masing-masing. Hal itu bisa terlihat dari hilir mudinya postingan dan komentar di media sosial. Bahkan ada yang bercanda (bisa juga itu serius loh, haha) menawarkan lomba senam nyentrik tersebut.

Senam, entah itu Kewer Kewer, atau Senam Pinguin, bisa pula Senam Otak adalah salah satu cara agar suasana pelatihan tak kaku atau membosankan. Dalam bahasa pelatihan dinamakan Energizer. Pemilihan energizer pastinya disesuaikan dengan jumlah peserta, luas ruangan, waktu dan faktor lain. Bentuknya pun tak harus berupa senam, bisa pula berupa permainan.

Meski hanya bertujuan untuk menyegarkan suasana, namun energizer mampu menjadi sesuatu yang menarik bagi peserta. Sebagian besar yang diingat adalah energizernya daripada materi pelatihan. Tak banyak materi yang diserap oleh peserta pelatihan. Tapi tak mengapa, jika tak ada energizer, pelatihan bisa mati.

Kemudian apa yang harus dilakukan oleh teman2 perpusda? Salah satu yang bisa dilakukan adalah melakukan pendampingan atau mentoring. Benar juga teori, peserta hanya mampu menyerap materi 20% dari pelatihan, sisanya melalui proses pendampingan.

Proses pendampingan bisa dilakukan perpusda dengan cara berkunjung langsung ke perpustakaan desa/TBM maupun melalui media komunikasi. Media komunikasi bisa dengan cara membuat group WhatsApp dan facebook. Dari media ini perpusda bisa melihat perkembangan dari masing-masing perpusdes replikasi. Perpusda juga bisa memberi motivasi dan dorongan semangat. Melalui media group, antar perpusdes atau TBM replikasi bisa juga saling belajar dan berbagi pengalaman.

Saat berkomunikasi melalui media sosial (instagram, facebook, WhatsApp dan lainnya) dengan perpusdes, perpusda bisa melakukan dengan lentur. Tak melulu menanyakan perkembangan perpusdes. Bisa dimulai dengan obrolan ringan. Atau bahkan bisa dengan tema obrolan terkait dengan diri pengelola atau relawan perpusdes.

Melalui proses pendampingan, perpusdes dan TBM replikasi diharapkan mampu bertransformasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui perpustakaan. Perpusda juga bisa sesekali mengingatkan 3 strategi pengembangan perpustakaan. Dengan begitu tak hanya Kewer Kewer saja yang diingat! (***)

Perpusda Demak Inisiatif Berbagi Kisah Impact di Depan Bupati dan Masyarakat Luas

Bupati Demak, HM. Natsir, tertegun saat melihat Bu Susi (37 tahun) menceritakan kenapa sering datang ke perpustakaan umum Kabupaten Demak. Daripada nonggo (aktifitas kumpul tetangga yang ujungnya berujud ngerumpi) mending ke perpustakaan. Begitu ibu rumah tangga tersebut memulai membuka ceita.

Ibu 2 anak ini mengaku tak banyak perempuan seusia dirinya yang mau datang rutin ke perpus. Dirinya setiap pagi datang ke perpustakaan, setelah aktifitas mengantar anaknya sekolah ke SMP dan TK. Sambil menunggu pulang anaknya yang masih TK, dia memanfaatkan waktu sambil membaca buku, majalah dan fasilitas internet.

Sejak awal dia ingin kedua anaknya tak jajan sembarang di sekolah. Karena itu jika ke perpustakaan, mencari informasi terkait dengan menu makanan. Dari situlah, anak pertama mengusulkan ke Susi untuk berjualan kue. Kata sang anak, masakan yang dibuat rasanya enak dan akan laku jika dijual.

Dari dorongan yang diberikan anaknya, Susi semakin bersemangat untuk browsing internet dan membaca buku di perpustakaan. Hal itu dilakukan agar kue yang dibuat semakin banyak ragamnya. Saat ini, Susi setiap hari minimal bikin 300 kue basah. Kue tersebut dititipkan di beberapa toko di Pasar Demak.

Bupati Demak juga termangut-mangut melihat cara Abdul Aziz bercerita. Aziz merupakan anak muda yang masih kuliah di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Demak jurusan Desain Grafis. Namun ia tak memiliki komputer atau laptop untuk mempraktikkan ilmu yang dipelajari di kampus. Untuk itu Aziz sering datang ke perpustakaan untuk praktik desain grafis memakai komputer perpustakaan. Sambil kuliah, Aziz bekerja di bagian pengetikan dan desain di salah satu rental yang ada di Demak.

Berbagi cerita Impact atau dampak layanan perpustakaan yang telah mengubah kualitas hidup masyarakat ini dilakukan di acara Sosialisasi Program Replikasi PerpuSeru ke Perpustakaan Desa, di Perpusda Demak akhir Maret lalu. Selain Bu Susi dan Aziz, Perpusda juga mengundang seorang pemuda yang kini sukses dengan bisnis usaha sablon kaos. Harratul Lisan nanamya. 



Harra ini dulu ikut Pelatihan Komputer dan Internet di perpusda, 7 bulan silam. Harra sebelumnya sama sekali belum bisa sablon dan desain. Dari pelatihan itulah dia belajar sama instruktur dan sesama teman pelatihan. Harra saat awal merintis usaha masih kendala belum punya mesin printer. Komputer yang dimiliki masih model lama. Kini Harra sudah memiliki mesin jahit dan mesin obras. Bahkan sudah memiliki 2 karyawan yang membantu pekerjaannya.

Bupati Berbagi Cerita Impact

Inisiatif Perpusda Demak menyelipkan kegiatan berbagi cerita impact tak hanya pada sosialisasi ini saja. Sebelumnya juga pernah dilakukan, pada saat pembukaan Pameran Buku di Alun-Alun Kota Demak, pertengahan Maret lalu.

Pada pembukaan pameran buku, Bupati Demak dan Sekda Demak, Singgih Setyono, bersedia meluangkan waktu berbagi kisah sukses dirinya dari perpustakaan. Menurut cerita Bupati Demak, usaha Rumah Makan yang dirintis sebelum menjabat bupati, bisa sukses berkat buku yang ia baca. Rumah makan ayam goreng milik bupati, memiliki sambal khas. Resep sambal yang enak tersebut bupati peroleh dari buku.

Sementara itu, Sekda Demak menceritakan bisa lulus kuliah dan bisa menjadi dokter, hal itu berkat buku di perpustakaan. Saat muda, menurut cerita Pak Singgih, orang tuanya tak mampu membelikan semua buku kedokteran yang harganya mahal. Untuk itu Singgih muda ke perpustakaan untuk membaca dan pinjam buku yang ia inginkan.

Tak hanya pada 2 kegiatan di atas, Perpusda Demak ke depannya juga akan berusaha menyelipkan berbagi cerita impact di kegiatan yang dilaksanakan. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Demak, Tatik Rumiyati, langkah itu efektif untuk mengenalkan pada pimpinan daerah dan masyarakat bahwa perpustakaan juga punya andil nyata pada pembangunan daerah.

Tatik juga menambahkan dengan cara berbagi cerita impact, mampu mempengaruhi stakeholder saat melakukan beberapa advokasi. Sebagian besar advokasi yang dilakukan membuahkan hasil. Seperti mendapat komputer dari perbankan daerah, perushaan swasta dan advokasi dalam bentuk lainnya. (***)