![]() |
Komunitas Crafter Perempuan Pati (KCPP) yang berkegiatan di Perpusda Pati. |
Tidak bisa dipungkiri, perpustakaan
memiliki posisi strategis bagi masyarakat umum. Perpustakaan masih menjadi
tempat yang netral untuk dikunjungi siapa saja. Semua saja boleh datang dan
memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakaan. Tidak melihat latar belakang
pendidikan, usia, pekerjaan, partai politik dan agama. Bahkan warga negara
asing yang datang ke suatu daerah boleh memanfaatkan fasilitas di perpustakaan.
Seperti yang selama ini banyak terjadi di perpustakaan di daerah.
Dari tempat yang netral inilah bisa
terjadi proses interaksi sesama pengunjung. Adanya saling kenal mengenal meski
ada perbedaan status. Kenapa bisa begitu? Masyarakat yang datang ke
perpustakaan merupakan masyarakat yang haus akan informasi. Masyarakat yang
berkunjung ke perpustakaan adalah masyarakat pembelajar. Mereka lebih terbuka
pola pikirnya dan lebih mudah menerima informasi yang datang. Baik informasi
yang di dapat dari buku, internet maupun informasi dari pengunjung. Informasi dari
sesama pengunjung tentunya membutuhkan proses dialogis. Dari sinilah terjadi
yang namanya interaksi.
Terkadang ada masyarakat yang
datang ke perpustakaan, namun tidak masuk ke ruang layanan buku atau layanan
internet. Mereka datang dan pilih duduk serta ngobrol dengan staf perpustakaan
atau orang yang ada gazebo perpustakaan. Dari gazebo ini pertemanan bisa
semakin bertambah luas dan banyak. Dari tempat ini bisa terjadi sharing pengalaman pribadi, pengalaman
kerja dan berbagi informasi apa saja. Karena latar belakang yang nimbrung di
tempat itu beranekaragam, informasi tersebut bisa menambah wawasan dan pengalaman.
Terkadang bisa muncul ide bisnis dari tempat seperti ini.
Melihat perpustakaan memiliki
beberapa potensi di atas (khususnya perpusda, perpusdes dan TBM ), tentunya
akan semakin banyak memberi manfaat jika ada juga kegiatan yang melibatkan
masyarakat di perpustakaan. Kegiatan yang melibatkan ini bisa berupa pelatihan,
workshop, seminar atau nama lainnya. Akan lebih bagus lagi jika kegiatan
tersebut bisa dijalankan secara rutin dan berkelanjutan. Tidak hanya kegiatan
sesaat saja yang melibatkan ratusan peserta, akan tetapi setelah itu tidak ada lagi
kegiatan.
Melihat pengalaman perpustakaan mitra PerpuSeru,
kegiatan pelibatan masyarakat bisa berjalan rutin dan berkelanjutan jika ada 2
faktor pendukung. Kedua faktor pendukung tersebut bisa berjalan sendiri-sendiri
dan bisa juga dipadukan. Faktor pertama, perpustakaan telah memiliki mitra
dengan komunitas. Kedua, perpustakaan telah memiliki anggaran untuk pelibatan
masyarakat.
![]() |
Komunitas Ketrampilan Perpusda Grobogan |
Faktor anggaran ini sebetulnya yang
paling menjamin untuk kegiatan pelibatan masyarakat. Perpustakaan mampu
mengalokasikan anggaran untuk mencari instruktur pelatihan yang berkompeten. Sehingga
instruktur punya ikatan secara resmi dengan perpustakaan untuk menjadu
penanggungjawab kegiatan. Perpustakaan bebas memilih instruktur sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, berupa kegiatan di perpustakaan. Bisa saja perpusda
menggandeng perseorangan yang berkompeten di bidangnya. Bisa juga perpusda
menggandeng komunitas untuk pemberdayaan masyarakat dengan berkegiatan di
perpustakaan. Meski begitu komunitas tersebut tetap mendapat alokasi anggaran
dari perpusda. Sehingga ada ikatan antara keduanya.
Untuk faktor pertama, menggandeng
kemitraan dengan komunitas tanpa ada anggaran terlebih dulu. Perpusda menyediakan
fasilitas tempat untuk berkegiatan bagi komunitas. Perpusda juga membantu
melakukan sosialisasi dan promosi ke masyarakat luas untuk bergabung di
komunitas tersebut. Sementara itu di sisi komunitas, akan semakin banyak
masyarakat yang tergabung di komunitas. Komunitas juga memiliki tempat
strategis untuk berkegiatan. Keuntungan lain yang didapat komunitas adalah
eksistensi diakui oleh pihak lain. Karena perpusda dan perpusdes adalah milik
pemerintah. Sehingga akan lebih mudah bagi komunitas untuk mengembangkan
lembaganya.
Lalu bagaimana cara kita mengetahui
keberadaan komunitas di daerah kita? Memang susah-susah gampang menemukan
komunitas yang ada di sekitar kita. Salah satu cara yang bisa kita lakukan
adalah memperbanyak teman. Baik teman yang ada di dunia nyata maupun teman di
media sosial. Teman nyata bisa kita bangun dengan para pemustaka yang sering
datang ke perpustakaan. Kita terkadang cuek dan acuh terhadap keberadaan
pengunjung. Pengunjung adalah modal besar yang dimiiki oleh perpustakaan. Sungguh
beranekaragam pengunjung. Pasti beranekaragam pula informasi yang ada pada
mereka. Dari berkomunikasi dengan mereka, kita bisa menemukan banyak informasi.
Tidak kalah penting memperbanyak
teman di media sosial. Ada dua keuntungan yang bisa didapat perpustakaan dari
media sosial. Kita bisa menjadikan medsos sebagai sarana promosi kegiatan yang
akan dilakukan oleh perpustakaan. Semakin banyak teman, promosi perpustakaan kita
akan dibaca oleh banyak orang pula. Keuntungan kedua, kita bisa mencari
informasi di medsos terkait komunitas yang kemungkinan bisa diajak bersinergi
dengan perpustakaan. Bisa saja ada teman yang posting kegiatan komunitas di
medsos.
Ada cara paling mudah dan efektif
untuk mencari keberadaan komunitas di sekitar kita, tidak harus menunggu lama postingan
teman (iya kalau ada postingan... hehehe). Cara tersebut dengan searching di
facebook. Kenapa facebook? Pengguna facebook di Indonesia jumlahnya masih yang
terbanyak. Alasan kedua, kita bisa langsung tersambung dengan akun komunitas atau
anggota komunitas yang kita cari. Dari akun FB yang kita temukan, kita bisa
melakukan komunikasi melalui facebook messenger. Kalau beruntung kita bisa
menemukan no telpon dan alamat di akun atau foto yang di posting di FB milik
akun tersebut.
Melalui searching di facebook, kita harus jeli
saat ketik keyword. Bisa kita
ketikkan kata ‘komunitas’, ‘persatuan’, ‘club’, ‘lembaga’, ‘kelompok’ atau kata
kunci yang kita inginkan. Tentunya kita menyertakan nama kota dimana
perpustakaan berada di belakang keyword
tersebut. Setelah menemukan akun, barulah dilakukan komuniasi. Dari situlah,
komunikasi awal bisa dilakukan. Tinggal bagaimana trik perpustakaan untuk
melakukan advokasi ke komunitas. Salam seru! Semoga cara di atas berhasil! (***)